Sabtu, 18 Agustus 2012

Cerpen 2


                                                           Teman Asli, atau Khayalan?
                        
                     Di pagi yang cerah ini, matahari telah menyinari jendela kamarku. Ooahh.. aku masih ngantuk. Ku usahakan untuk bangun. Walau susah, tapi harus kulaksanakan. Yaahh.. seperti biasa, setelah bangun aku shalat lalu sarapan, setelah itu mandi. Kehidupanku setiap hari seperti ini-ini saja. Terlalu membosankan. Tidak ada yang istimewa. Perkenalkan, namaku Leni. Usiaku saat ini 15 tahun dan baru memasuki SMA. Aku adalah anak tunggal dari keluarga yang menurutku, cukup membosankan. Aku tau kata-kataku ini tidak enak didengar dan tidak pantas diucapkan.Tapi memang kenyataannya seperti ini. Kami seperti keluarga bisu. Pagi-pagi sekali ayah pergi ke kantor dan aku pergi ke sekolah. Di pagi itu kami tidak mengucapkan sepatah katapun sebelum berangkat. Begitu juga ketika pulang. Mungkin karena terlalu capek, jadi kami jarang berkomunikasi ataupun curhat, meskipun ada momen-momen yang bahagia. Kupikir nasibku hanya sampai di rumah saja. Ternyata di sekolah juga. Baru 2 minggu yang lalu kami pinah ke luar kota karena ayahku ada tugas di luar kota.
                             Sungguh... sebenarnya aku tidak suka kota ini. Disini penuh dengan anak-anak yang menyebalkan dan sangat nakal. Di SMP aku memang senang sekali berkomunikasi dengan teman-temanku. Tapi entah mengapa di sekolah ini aku tiba-tiba diam mendadak. Aku jadi menyendiri di kelas. bukannya aku tidak punya teman, mereka malah mengajakku berteman. Tapi aku menolak. Menurutku apa yang dilakukan dan dibicarakan oleh mereka adalah hal yang tidak penting. Mereka saja saat mengajakku berteman, lebih menggunakan cara kasar. Aku hanya suka berteman dengan teman yang santai, tapi asyik dan menyenangkan. Sepertinya di sini masih belum aku temukan ciri-ciri teman yang seperti itu.
                           Suatu saat, di hari yang sangat panas ini, aku mencari tempat yang teduh. Kutemukan tempat duduk di bawah pohon beringin yang sangat besar. Kupikir itu adalah tempat yang paling teduh. Jadi aku menuju ke sana. Nenekku sebenarnya melarangku untuk mendekati pohon-pohon besar. Tapi kupikir itu hanyalah mitos. Aku tetap saja membantah dan menuju ke sana. Bukannya tadi saat aku melihat ke bangku itu, tidak ada orang ya, tapi setelah aku melamun, tiba-tiba ada seorang anak duduk di sana. Aku berusaha menghampirinya.
"Hai.. aku Rena. Kamu mueid baru di sini juga ya? Namamu siapa?" Ia tiba-tiba mengenalkan dirinya.
"Hai.. Iya, aku murid baru juga di sini. Namaku Leni." Menurutku tampaknya dia anak yang baik.
"Kelihatannya kamu sendirian di sini. Di mana temanmu?"
"Aku tidak terlalu senang dengan murid-murid di sini."
"Hhhmm.. aku juga. Hei.. kelihatannya kita bisa menjadi teman dekat. Kamu mau kan?"
"Eem.. baiklah. Daripada aku tidak memilki teman sama sekali. Tapi sebelumnya aku harus tau dulu kamu berada di kelas mana. Aku berada di kelas sepulu  satu. Kalau kamu?"
"Aku berada di kelas sepuluh delapan."
"Agar kita bisa bertemu, aku bersedia mengunjungimu di kelasmu setiap hari."
"Eehh.. jangan.! mmm.. maksudku kita bertemu di tempat lain saja. misalnya di  sini." Ia berbicara tergagap-gagap
"Kenapa begitu?" Aku sedikit curiga
"Ya.. tidak enak kan bila kita bertemu di kelas. Lebih baik di sini saja. Lebih teduh."
"Baiklah aku setuju." Terpaksa aku menjawab iya karena ia temanku.
                                     Hari-hariku dengan Rena terasa lebih menyenangkan dan lebih dekat. Tapi semakin dekat, keanehan semakin terjadi. Misalnya saat aku menuju bangku di bawah pohon beringin itu, aku tidak melihat Rena. Saat kutoleh ke belakang, ia tidak ada. Tapi saat aku kembali menoleh ke depan, ia tiba-tiba muncul dan duduk di bangku itu. Lalu, saat kami pergi ke kantin dan saat bercakap-cakap, teman sekelasku tiba-tiba  menghampiriku dan membisikiku
"Kamu berbicara dengan siapa?"
"Berbicara dengan siapa, tentu saja dengan temanku."
"Dasar aneh!" Katanya
Dianya saja yang aneh. Kenapa tiba-tiba berbicara seperti itu? Tapi apa jangan-jangan apa yang dibicarakannya itu benar? Aaahh.. aku tidak percaya.
                             Suatu hari saat aku menunggu Rena di bangku itu, ia tidak ada. Lama sekali aku menunggu. Mungkin ia masih di kelas. Jadi aku putuskan untuk menyusulnya di kelasnya. Saat aku menanyai teman sekelasnya,
"Haii.. apakah Renanya ada ?"
"Rena? di sini tidak ada yang namanya Rena. Di kelas ini juga tidak ada anak yang bernama lengkap yang ada Renanya."
Aappa? yang namanya Rena tidak ada di kelas ini? aneh. Tapi ini kan kelas Rena. Lalu saat aku menoleh ke belakang,
"Leni, kamu ke mana saja aku cariin?"
"Bukannya kamu yang ke mana saja? Sebelumnya aku ingin bertanya, mengapa tadi saat aku bertanya teman  sekelasmu di mana Rena, kok dia menjawab tidak ada yang namanya Rena di sini?"
"Aahh.. dianya saja yang tidak menyadari adanya aku di kelas ini. Aku kan pendiam, jadi hanya sedikit yang mengenalku. Lagipula, kita di sini kan baru beberapa hari. Jadi belum saling mengenal. Kamu percaya padaku kan?"
"Iya aku percaya kok." Padahal sebenarnya tidak. Aku semakin curiga.
                              Sesekali aku pernah bertanya kepada Rena, mengapa selalu terjadi keanehan diantara kita, tapi ia selalu menjawab
 "Tidak ada keanehan yang terjadi. Kamu kenapa sih? apakah kamu sudah tidak mempercayaiku? kita kan teman dekat." Aku tau kata-kataku ini memang tidak pantas diucapkan.Tapi rasa penasaranku tidak bisa ditahan.
                            Kuputuskan, hari ini aku akan bertanya kepada petugas TU sekolah, yang juga bertugas saat penerimaan siswa baru. Aku ingin bertanya banyak kepadanya.
"Pak, bolehkah aku bertanya sesuatu?"
"Boleh saja, apa yang ingin kamu katakan?"
"Di kelas sepuluh delapan, adakah murid yang bernama Rena?"
"Baiklah, akan saya cari. Siapa nama lengkapnya?" Ia menanyakan sambil mencari di buku siswa.
"Katanya sih nama lengkapnya hanya Rena saja."
"Di sini tidak ada yang namanya Rena, lihat saja. Tapi tunggu dulu, Rena yang seperti siapa yang kamu kenal? maksud saya, ciri-cirinya?"
"Kira-kira ia setinggi saya, cantik dan.."
"Berkulit putih dan berambut panjang itu kan?" Ia tiba-tiba menyela pembicaraanku.
"Nahh. itu Bapak tau. Seperti itulah ciri-cirinya. Tapi kenapa Bapak bisa tau?"
"Benar-benar seperti itu ciri-cirinya? Kamu yakin?"
"Iya, saya sangat yakin."
"Ya ampun, Rena kan sudah meninggal sekitar 30 tahin yang lalu"
"Aapaa? itu tidak mungkin. Buktinya saya setiap hari bertemu dengannya."
"Nak, saya sudah bekerja di sini selama 40 tahun. Jadi saya tau sejarah di sekolah ini. Jangan bilang kamu sering main di pohon beringin itu. Iya kan?'
"Iii.. iya pak. Tapi bagaimana itu bisa terjadi?" Aku sangat gerogi dan tegang.
"Sekitar 30 tahun yang lalu, di sekolah ini memang ada siswa kelas sepuluh yang bernama Rena. Ia sangat cantik dan pintar, hanya saja ia pendiam karena tidak suka murid-murid di sini karena terlalu nakal. Ia lalu mencari tempat yang mungkin nyaman dan bisa menenangkannya. Lalu ia menemukan dua pohon beringin kembar yang sangat besar yang bisa ia gunakan untuk berteduh. Sebenarnya dulu di sekolah  ini melarang para siswa untuk mendekati pohon-pohon besar untuk menghindari pohon tumbang. Tapi ia tak peduli. Suatu ketika, ada angin besar. Tapi ia tetap saja berada di bawah pohon itu. Tiba-tiba salah satu pohon itu tumbang dan menimpa Rena. Rena langsung tewas seketika. Tidak banyak yang menolong Rena karena jam pelajaran sudah usai dan sudah banyak yang pulang. Kini hanya satu pohon beringin yang tersisa karena pohon yang lain tumbang. Selama ini tidak ada seorangpun yang duduk di bangku itu. Bahkan beberapa siswa mengatakan ada keanehan di pohon beringin itu. Jadi tidak ada diantara mereka yang berani mendekati pohon beringin itu. Tapi kini kamu yang mendekati beringin itu dan malah berteman dengan Rena. Apakah kamu tidak pernah menemukan keanehan yang terjadi diantara kalian?"
"Sebenarnya ada sih keanehan yang terjadi. Tapi aku mengabaikannya. Lalu, apa yang harus aku lakukan?"
"Mumpung belum terlambat, jangan mendekati pohon itu."
" Baiklah terimakasih pak"
                                       Setelah selesai berbincang bincang dan saat aku keluar dari ruang TU, aku melihat Rena. Aku sangat takut. Ia melihatku.
"Hai, Len kamu ke mana saja?"
"Jangan mendekat! Kamu ini sebenarnya sudah mati kan?"
"Ooo.. jadi kamu sudah tau kalau aku sudah mati. Kita kan teman dekat. Kamu seharusnya selalu menemaniku kapan saja dan di mana saja. Oh iya. Saat ini aku akan kembali ke duniaku. Kamu ikut aku ya.."
"Tidak..! aku tidak akan pernah lagi mengikutimu."
"Kita kan teman dekat. Mau tidak mau kamu harus mengikutiku ke mana pun aku pergi."
"Tidakk.. tidak akan.. tidak akan...."
                              "Len, Len bangun! kamu mimpi buruk lagi ya? Ayo bangun! ini hari pertamamu sekolah. Malu kan kalau terlambat.."
Apa? jadi ini semua hanya mimpi? huhh.. tapi aku bersyukur kalau ini cuma mimpi.
Ini adalah hari pertamaku di sekolah. Aku berharap bisa sangat menyenangkan. Tapi tiba-tiba..
Kulihat seseorang...
Seseorang yang tidak asing. Ia tiba-tiba menghampiriku.
"Hai, namaku Rena. Namamu siapa? Tampaknya, kita cocok menjadi teman. Bahkan teman dekat."
Apa? ada Rena di sini? Padahal aku kan berharap ini cuma mimpi. Benarkah ini Rena yang ada di mimpiku?
Atau jangan-jangan dia ini......


Tidak ada komentar:

Posting Komentar